Based on True Story. Itulah kata yang sering dicetak tebal sebagai strategi pemasaran banyak film terkenal. Entah nyata atau bukan, tentunya inspirasi dapat datang kapan saja dalam kejadian nyata sehari-hari. Bahkan kejadian paling horror pun bisa diubah menjadi lebih horror lagi dalam film. Dan berikut merupakan contoh beberapa kisah nyata dibalik film-film horror tersebut.
Bersiaplah karena akan ada banyak kisah rumah hantu disini.
“The Haunting in Connecticut” bercerita tentang keluarga Campbells
yang harus pindah ke Connecticut supaya lebih dekat dengan dokter kanker anak
mereka. Namun ternyata, rumah tempat mereka pindah adalah bekas rumah pemakaman
tempat praktek pemujaan setan dan gerbang makhluk halus.
Kisah ini diambil berdasarkan pengalaman keluarga Snedeker
yang mengalami kejadian serupa saat pindah ke rumah barunya di Connecticut.
Hal-hal ganjil pun mulai berdatangan seperti darah di lantai, dan penampakan
makhluk halus. Rumah ini juga pernah diinvestigasi oleh Ed dan Lorraine
Warren, dan dilakukan pengusiran setan pada tahun 1988. Ini adalah salah
satu kisah nyata yang tentunya lebih horror daripada filmnya.
“The Conjuring” bercerita tentang pengalaman sepasang
pemburu hantu terkenal, Ed dan Lorraine Warren. Ed dan Lorraine
Warren bahkan mendedikasikan hidupnya untuk memecahkan masalah yang disebabkan
oleh makhluk halus. Pasangan ini bahkan telah memecahkan sampai 10000 kasus
dalam karir mereka, dan bahkan, mereka adalah orang pertama yang
menginvestigasi pembunuhan Amityville.
Dan seperti yang kalian ketahui dalam film, film ini
menceritakan bagaimana Ed dan Lorraine Warren membantu keluarga Perron
yang diganggu oleh makhluk halus setelah pindah ke rumah barunya di
Harrisville, Rhode Island. Memang versi filmnya lebih fiksional dari cerita
aktualnya, namun semua terrornya benar-benar nyata. Dan versi film tentang
kehidupan mereka ini, benar-benar berhasil menghantui penonton hingga akhir.
“The Texas Chain Saw Massacre” merupakan salah satu
film genre slasher terbaik, bahkan film ini adalah yang pertama mempopulerkan
genre slasher. Film ini bercerita tentang sekumpulan anak muda yang terpaksa
harus berhenti di sebuah rumah peternakan, yang ternyata berisi keluarga
kanibal. Sang bintang utama, Leatherface, membunuh anak-anak muda
tersebut satu per satu dengan gergaji mesin lalu memakannya bersama keluarga
sebagai makan malam.
Sosok Leatherface sendiri terinspirasi dari seorang pembunuh
sadis terkenal bernama Ed Gein. Ed Gein terkenal melakukan
pembunuhandengan memutilasi, mengkuliti, bahkan bermain-main dengan bagian
tubuh korbannya. Bahkan ia juga membuat gaun wanita dari kulit mayat wanita,
dan pembunuhan 2 wanita. Ed Gein juga merupakan inspirasi tokoh psikopat film
lain seperti Norman Bates dalam “Psycho”, dan Buffalo Bill dalam
“The Silence of The Lambs”
“The Exorcism of Emily Rose” bercertia tentang
seorang pengacara yang sedang menangani kasus seorang pendeta, yang didakwa
telah melakukan pembunuhan setelah melakukan pengusiran setan dari seorang
gadis bernama Emily Rose. Yang membuat film ini berbeda dengan film horror lain
adalah penceritaan kisah horrornya yang dilakukan melalui testimoni di dalam
ruang sidang. Namun tentunya, film ini hanyalah versi fiksi dari kisah seorang
gadis Jerman, bernama Anneliese Michel.
Pada tahun 1970, Anneliese Michel mengalami kerasukan 6
setan bahkan lebih. Anne mengalami kelumpuhan pada umur 16, dan pada usia 21,
orang tua Anne mencari pastor untuk dilakukan pengusiran setan. 2 tahun
kemudian, gereja mengijinkan untuk dilakukannya pengusiran setan pada Anne. Dan
pada tahun itu juga, Anne meninggal karena malnutrisi dan dehidrasi. Jaksa
menuntut orang tua Anne dan 2 pendeta tersebut dengan tuntutan pembunuhan
karena lalai.
“The Girls Next Door” adalah sebuah film berdasarkan
novel Jack Ketchum pada tahun 1989. Film ini bercerita tentang 2 gadis
yang harus pindah ke rumah bibinya setelah orang tua mereka meninggal. Namun
sialnya, bibi mereka ternyata adalah psikopat sadis, yang membiarkan
keponakannya disiksa secara fisik ,dan seksual oleh anak-anak sekitar rumah
mereka, hingga akhirnya membunuhnya. Benar-benar sebuah film yang berhasil
membuat trauma.
Namun semua itu tak sebanding dengan kisah nyata yang
dialami Sylvia Likens pada tahun 1965. Dia dan saudaranya terpaksa berpindah
ke rumah teman keluarga mereka, Gertrude
Baniszewski, sepeninggalan kedua orang tua mereka. Bukan hanya menyiksa,
tapi keuangan keluarga Sylvia bahkan juga diambil alih. Keluarga Baniszewski
bahkan mempersilahkan anak mereka dan anak sekitar rumah mereka untuk menyiksa,
dan melakukan kekerasan seksual pada kedua gadis itu. Setelah dibiarkan terikat
di basement, akhirnya ia meninggal pada usia 16 karena shock, malnutrisi, dan
pendarahan otak.
Film ini sebenarnya lebih ke thriller daripada horror, namun trauma yang dialami tentulah horror. “Compliance” bercerita tentang seorang pekerja restoran
cepat saji yang mengalami pelecehan seksual di tangan seorang penelpon palsu.
Penelpon ini menyamar sebagai polisi, lalu menelpon sang manajer restoran,
Sandra, untuk complain bahwa seorang pegawainya yang bernama Becky,
telah mencuri dari pelanggan. Sandra pun mulai mengikuti perintah si
penelpon untuk menggeledah Becky (dengan striptis), dan semuanya pun mulai
bertambah parah dari sana. Menurut saya, film ini justru lebih menonjolkan
trauma emosional dibandingkan adegan-adegan pembunuhan horror.
Seperti yang tertulis di posternya, film ini memang diambil
dari kisah nyata yang terjadi di McDonald's pada tahun 2004 silam. Seorang
penelpon asing menyamar sebagai polisi, lalu menelpon 30 restoran di Amerika
Serikat. Dia menelpon untuk meminta sang manajer menggeledah pegawai
perempuannya yang tertuduh mencuri. Lalu suatu hari, ada satu manajer
McDonald's di New Hampshire yang mengambil serius hal tersebut. Seorang pegawai
wanita berumur 18 tahun yang bernama Louise Ogborn bahkan dikurung hingga
3 jam oleh manajernya. Louise pun disuruh berdansa telanjang, dan melakukan
hal-hal tidak senonoh oleh sang penelpon, dan semua hal itu tertangkap oleh
kamera CCTV. Hal ini benar-benar mengajarkan bagaimana tidak seharusnya
orang-orang mengikuti perintah dengan mata buta.
“The Strangers” adalah film yang membuat kita waspada
akan memilih tempat liburan. Film ini bercerita tentang sepasang suami istri
yang diterror oleh 3 penjahat bertopeng. Pasangan ini pun terpaksa harus memilih
mengunci diri di rumah karena segala macam akses dunia luar sudah dihancurkan
oleh sang penjahat. Sebuah kejadian yang tak diragukan kenyataannya.
Namun sebenarnya, film ini hanyalah versi fiksi dari
pengalaman sang sutradara, Bryan Bertino. Saat dia masih anak-anak,
Bryan tinggal di daerah perumahan yang sepi. Pada suatu malam, datanglah
seseorang mengetuk rumahnya, orang itu bertanya apakah ada seseorang di
rumahnya. Bryan lalu mengetahui, jika tidak ada yang menjawab ketukan pintu,
maka orang-orang tersebut akan merampok rumahnya. Namun film ini, justru
menceritakan kebalikannya, sang penjahat justru membobol rumah, dan menebar
terror kepada orang yang ada di dalam rumah, dan membunuhnya tanpa alasan. Creepy
“Eaten Alive” mungkin adalah sebuah film yang tak
pernah kalian dengar. Padahal, film ini adalah karya dari kreator “Texas
Chain Saw Massacre”, Tobe Hooper. Tak mau kalah sadis, “Eaten
Alive” bercerita tentang seorang pemilik hotel yang akan membunuh setiap
orang yang menghalangi keinginannya. Sang pemilik hotel akan melemparkan
korbannya ke buaya peliharaannya, dan buaya akan memakannya hidup-hidup.
Ceritanya juga mengambil latar Texas (What's wrong with Texas?)
Dan seperti “Texas Chain Saw Massacre”, film ini juga
berdasar kisah nyata seorang pembunuh bernama Joe Ball. Joe memiliki
sebuah bar kecil di Texas, dengan lubang buaya di belakangnya. Dia bahkan
menarik biaya bagi orang yang ingin melihat buayanya memakan kucing dan anjing
hidup-hidup. Namun ada beberapa kemungkinan, bahwa Joe juga membuang 20 mayat
wanita yang dibunuhnya ke buaya-buaya tersebut. Ketika polisi hendak menangkap
Joe, dia justru bunuh diri dengan satu tembakan pistol ke kepala.
“Wolf Creek” adalah film horror Australia, yang
menunjukkan bahaya dari menumpang sembarang orang di gurun antah berantah di
Australia. Film ini bercerita tentang 3 sahabat, yang ingin menghabiskan
liburannya dengan mendaki. 3 orang ini lalu menumpang orang asing, yang pada
akhirnya, membius, mengikat, dan menyiksa mereka. Benar-benar sebuah film yang
sangat sadis, mengingat kekerasan terhadap perempuannya.
“Wolf Creek” didalang sebagai film berdasar dari
kisah nyata. Namun sebenarnya, film ini adalah campuran dari beberapa kisah
pembunuhan di Australia. Dan kebanyakan kisah ini diambil dari kasus pembunuhan
yang dilakukan Bradley John Murdoch. Bradley telah melakukan penculikan
dan pembunuhan seorang turis Inggris yang bernama Peter Falcino. Pacar
dari Peter berhasil kabur, namun tetap mendapat trauma kekerasan. Film ini
bahkan sebenarnya dilarang rilis, agar tidak mempengaruhi keputusan juri dalam
mengadili Bradley.
Dan inilah yang mungkin adalah kisah horror paling terkenal,
dari rumah hantu paling terkenal, yang tanpa saya ceritakan mungkin kalian
sudah tahu.
“The Amityville
Horror” menceritakan kisah nyata yang dialami keluarga Lutz, dimana
mereka mengalami terror hantu setelah pindah ke rumah baru mereka di 112 Ocean
Avenue, Amityville. Keluarga Lutz mengalami berbagai hal aneh seperti mendengar
suara anak kecil saat sendirian, dinding berdarah, dan bau-bau tidak sedap. Dan
semua itu selalu dimulai setiap jam yang sama dengan jam pembunuhan yang
dilakukan di rumah itu sebelumnya. Ed dan Lorraine Warren bahkan
menyatakan bahwa rumah ini dipenuhi roh jahat.
Sedikit sejarah, rumah ini sendiri adalah rumah bekas
pembantaian satu keluarga yang dilakukan oleh Ronald DeFeo Jr. Ronald
menembak seluruh keluarganya saat mereka terlelap tidur. Ronald mengakui bahwa
ia melakukan hal tersebut karena bisikan setan yang selalu mengikutinya.
Namun cerita horror ini juga termasuk kontroversial karena
muncul banyak spekulasi jika apa yang terjadi pada keluarga Lutz hanya untuk
mencari sensasi belaka. Karena sudah terbukti dari sekian banyak keluarga yang
menempati rumah Amityville setelah keluarga Lutz, mereka tak mengalami hal
horror serupa.
Gimana? Sudah cukup merinding? Share everything in your mind, with comment below!
Gimana? Sudah cukup merinding? Share everything in your mind, with comment below!
Comments
Post a Comment